Kisah Petualangan Pinokio
Pada zaman dahulu kala, ada seorang kakek tua bernama Gepeto yang tinggal di Italia. Kakek Gepeto tinggal sendirian tanpa anggota keluarga yang lain.
Suatu hari, Kakek Gepeto membuat sebuah boneka kayu.
"Seandainya boneka ini benar-benar anak laki-lakiku..... Hmmm, dia akan kuberi nama Pinokio "
Kakek Gepeto berbicara sendiri sambil memahat wajah boneka itu. Anehnya, boneka itu lalu mulai bergerak. Dia melihat ke arah Kakek Gepeto, mengernyitkan hidung, dan menjulurkan lidahnya.
"Ya ampun! Apa yang terjadi? Akan segera kubuat bagian tubuhnya yang lain," kata Kakek Gepeto. Tak lama setelah bagian kakinya selesai dibuat, Pinokio langsung lari keluar rumah dan kabur.
"Pinokio, tunggu!"
Kakek Gepeto ikut berlari mengejar Pinokio.
"Tangkap dia!" teriak Kakek Gepeto.
Ketika orang-orang melihat boneka kayu itu berlari. Mereka hanya tertawa. Dengan susah payah kakek menangkap Pinokio.
"Pinokio, ayo kita pulang," kata Kakek Gepeto.
Pinokio berbaring di jalanan.
"Aku tidak mau pulang. Aku ingin bermain di luar."
"Kau telah menyiksa boneka kayu yang malang ini!"
Tingkah laku Pinokio menarik perhatian. Polisi menuduh Kakek Gepeto telah menyiksa boneka kayu itu dan memenjarakannya. Pinokio bebas bermain hari itu dan pulang ke rumah.
"Hore! Aku bisa bermain sepuasnya karena ayah yang menyebalkan sedang tidak ada!"
Namun saat malam tiba, Pinokio merasa lapar. Pinokio lalu mengetuk pintu tetangga dan minta tolong.
"Kakek, tolong beri aku sedikit roti."
"Kau anak nakal yang setiap malam mengetuk pintuku, ya? Aku akan memberimu pelajaran."
Bukannya memberi roti kepada Pinokio, kakek itu malahan menyiramkan air ke tubuh Pinokio. Ia pun pulang dengan tubuh basah kuyup dan tangan hampa.
"Ayah, cepatlah pulang. Aku memang salah."
Pinokio merasa sangat lelah sehingga dia mulai tertidur di depan kompor. Dia tertidur di depan kompor. Dia tertidur dengan begitu cepat tanpa menyadari bahwa kakinya terbakar api dari kompor.
"Pinokio, aku pulang!"
Kakek Gepeto telah kembali dari kantor polisi. Pinokio sangat gembira sehingga ia pun berlari. Tetapi Pinokio terjatuh.
"Nak, apa yang terjadi dengan kakimu?"
"Kurasa kakiku terbakar."
"Kalau kau berjanji untuk tidak nakal lagi, aku akan membuatkan kaki yang baru."
"Baiklah. Aku akan mematuhimu,Ayah."
Kakek Gepeto tersenyum dan membuatkannya kaki yang baru.
Pinokio senang mendapatkan kaki baru. Dia melompat kegirangan. Kakek Gepeto juga memberikannya pakaian sebagai hadiah.
"Sekarang, kau bisa sekolah srperti anak-anak lain."
"Tapi aku perlu buku untuk sekolah,"
Kakek lalu menjual jaket satu-satunya dan membeli sebuah buku untuk Pinokio.
Pinokio pergi ke sekolah. Dalam perjalanan ia pun melihat pertunjukan boneka. Lalu Pinokio menjual buku pemberian Kakek Gepeto untuk membeli tiket.
Ia pun menaiki panggung boneka kayu itu. Namun sang pemilik panggung tidaklah senang, ia pun memarahi Pinokio. Sampai-sampai Pinokio menangis.
Namun pemilik panggung pun merasa simpati dan memberikan sedikit koin emas kepada Pinokio.
Sementara itu serigala yang licik ingin mencuri koin-koin itu.
"Ayo kita curi koin emas itu."
"Hai Pinokio. Anak baik seperti kau jarang ditemukan. Ayahmu pasti gembira jika koin itu kamu lipat gandakan," kata serigala dengan licik.
"Namun bagaimana?"
"Tanamlah di ladang ajaib dan saat kau bangun akan ada banyak sekali koin emas... "
Pinokio pun percaya dengan perkataan serigala itu, dan ia pun benar-benar menanam nya. Dan malam nya ia bermimpi memetik koin di sebuah pohon.
Pinokio pun bergegas pergi ke ladang ajaib dan tiba-tiba.
"Serahkan koin emas itu pada kami."
Walaupun kaki serigala itu terlihat dari bawah karung tetap saja ia tak menyadarinya, Pinokio pun menyembunyikan koin itu didalam mulutnya.
Lalu tiba-tiba peri biru pun menolongnya dan memberinya obat.
"Pinokio dimana koin emas mu itu?" tanya peri biru.
"Aku menghilangkan nya," Seketika hidung Pinokio pun memanjang.
"Mulai sekarang jika kau berbohong hidung mu semakin memanjang."
"Baik, aku takkan berbohong lagi." janji Pinokio. Hidung nya pun kembali seperti semula.
Namun Pinokio terperdaya dengan bualan serigala itu, ia pun kehilangan koin emasnya. Dengan tangan kosong, ia pun berjalan pulang.
Tiba-tiba, sebuah kereta menuju Negeri Mainan melewati Pinokio.
"Jika kau ikut ke Negeri Mainan kamu pasti akan bersenang-senang setiap hari."
Pinokio pun tergoda dan mengikuti kereta itu menuju Negeri Mainan. Suatu hari di Negeri Mainan ia melihat bayangannya, dan ia pun terkejut.
"Tidak! Telingaku menjadi seperti telinga keledai! Aku juga punya ekor!"
Ia melihat anak lain, semua pun juga menjadi keledai. Pinokio pun dijual di sebuah sirkus dan ia dipaksa melompat dan sering dipukuli. Suatu hari ia terjatuh dan kakinya pun patah. Pemilik sirkus membuang Pinokio ke laut.
Tiba-tiba ikan-ikan berenang mendekati Pinokio dan mematuki nya. Segeralah kulit keledai itu terkelupas, Pinokio pun keluar.
"Aku berjanji akan menjadi anak yang baik saat pulang nanti."
Tiba-tiba seekor hiu raksasa menelan Pinokio bulat-bulat.
Suasana di dalam perut hiu sangat gelap, tetapi ada seberkas cahaya memancar dari dalam. Tiba-tiba.
"Ayah!"
Ada Kakek Gepeto di sana.
"Pinokio!"
Mereka saling Berpelukan.
"Aku pergi ke laut untuk mencarimu, dan termakan oleh hiu. Sekarang,aku bertemu dengan mu disini."
"Ayah, ayo kita keluar dari sini."
"Kau saja. Badanku lemah sekali, aku tidak akan berhasil keluar dari sini."
"Aku akan membantmu."
Pinokio menggendong Kakek Gepeto dan melarikan diri saat mulut hiu terbuka lebar. Mereka pun selamat.
Malam itu,Peri Biru muncul dalam mimpinya. Seketika itu juga, Pinokio terbangun. Dia terkejut badannya menjadi lembek. Pinokio menjadi menjadi anak laki-laki sungguhan! Pinokio menjadi anak yang baik dan hidup berbahagia bersama Kakek Gepeto.
Suatu hari, Kakek Gepeto membuat sebuah boneka kayu.
"Seandainya boneka ini benar-benar anak laki-lakiku..... Hmmm, dia akan kuberi nama Pinokio "
Kakek Gepeto berbicara sendiri sambil memahat wajah boneka itu. Anehnya, boneka itu lalu mulai bergerak. Dia melihat ke arah Kakek Gepeto, mengernyitkan hidung, dan menjulurkan lidahnya.
"Ya ampun! Apa yang terjadi? Akan segera kubuat bagian tubuhnya yang lain," kata Kakek Gepeto. Tak lama setelah bagian kakinya selesai dibuat, Pinokio langsung lari keluar rumah dan kabur.
"Pinokio, tunggu!"
Kakek Gepeto ikut berlari mengejar Pinokio.
"Tangkap dia!" teriak Kakek Gepeto.
Ketika orang-orang melihat boneka kayu itu berlari. Mereka hanya tertawa. Dengan susah payah kakek menangkap Pinokio.
"Pinokio, ayo kita pulang," kata Kakek Gepeto.
Pinokio berbaring di jalanan.
"Aku tidak mau pulang. Aku ingin bermain di luar."
"Kau telah menyiksa boneka kayu yang malang ini!"
Tingkah laku Pinokio menarik perhatian. Polisi menuduh Kakek Gepeto telah menyiksa boneka kayu itu dan memenjarakannya. Pinokio bebas bermain hari itu dan pulang ke rumah.
"Hore! Aku bisa bermain sepuasnya karena ayah yang menyebalkan sedang tidak ada!"
Namun saat malam tiba, Pinokio merasa lapar. Pinokio lalu mengetuk pintu tetangga dan minta tolong.
"Kakek, tolong beri aku sedikit roti."
"Kau anak nakal yang setiap malam mengetuk pintuku, ya? Aku akan memberimu pelajaran."
Bukannya memberi roti kepada Pinokio, kakek itu malahan menyiramkan air ke tubuh Pinokio. Ia pun pulang dengan tubuh basah kuyup dan tangan hampa.
"Ayah, cepatlah pulang. Aku memang salah."
Pinokio merasa sangat lelah sehingga dia mulai tertidur di depan kompor. Dia tertidur di depan kompor. Dia tertidur dengan begitu cepat tanpa menyadari bahwa kakinya terbakar api dari kompor.
"Pinokio, aku pulang!"
Kakek Gepeto telah kembali dari kantor polisi. Pinokio sangat gembira sehingga ia pun berlari. Tetapi Pinokio terjatuh.
"Nak, apa yang terjadi dengan kakimu?"
"Kurasa kakiku terbakar."
"Kalau kau berjanji untuk tidak nakal lagi, aku akan membuatkan kaki yang baru."
"Baiklah. Aku akan mematuhimu,Ayah."
Kakek Gepeto tersenyum dan membuatkannya kaki yang baru.
Pinokio senang mendapatkan kaki baru. Dia melompat kegirangan. Kakek Gepeto juga memberikannya pakaian sebagai hadiah.
"Sekarang, kau bisa sekolah srperti anak-anak lain."
"Tapi aku perlu buku untuk sekolah,"
Kakek lalu menjual jaket satu-satunya dan membeli sebuah buku untuk Pinokio.
Pinokio pergi ke sekolah. Dalam perjalanan ia pun melihat pertunjukan boneka. Lalu Pinokio menjual buku pemberian Kakek Gepeto untuk membeli tiket.
Ia pun menaiki panggung boneka kayu itu. Namun sang pemilik panggung tidaklah senang, ia pun memarahi Pinokio. Sampai-sampai Pinokio menangis.
Namun pemilik panggung pun merasa simpati dan memberikan sedikit koin emas kepada Pinokio.
Sementara itu serigala yang licik ingin mencuri koin-koin itu.
"Ayo kita curi koin emas itu."
"Hai Pinokio. Anak baik seperti kau jarang ditemukan. Ayahmu pasti gembira jika koin itu kamu lipat gandakan," kata serigala dengan licik.
"Namun bagaimana?"
"Tanamlah di ladang ajaib dan saat kau bangun akan ada banyak sekali koin emas... "
Pinokio pun percaya dengan perkataan serigala itu, dan ia pun benar-benar menanam nya. Dan malam nya ia bermimpi memetik koin di sebuah pohon.
Pinokio pun bergegas pergi ke ladang ajaib dan tiba-tiba.
"Serahkan koin emas itu pada kami."
Walaupun kaki serigala itu terlihat dari bawah karung tetap saja ia tak menyadarinya, Pinokio pun menyembunyikan koin itu didalam mulutnya.
Lalu tiba-tiba peri biru pun menolongnya dan memberinya obat.
"Pinokio dimana koin emas mu itu?" tanya peri biru.
"Aku menghilangkan nya," Seketika hidung Pinokio pun memanjang.
"Mulai sekarang jika kau berbohong hidung mu semakin memanjang."
"Baik, aku takkan berbohong lagi." janji Pinokio. Hidung nya pun kembali seperti semula.
Namun Pinokio terperdaya dengan bualan serigala itu, ia pun kehilangan koin emasnya. Dengan tangan kosong, ia pun berjalan pulang.
Tiba-tiba, sebuah kereta menuju Negeri Mainan melewati Pinokio.
"Jika kau ikut ke Negeri Mainan kamu pasti akan bersenang-senang setiap hari."
Pinokio pun tergoda dan mengikuti kereta itu menuju Negeri Mainan. Suatu hari di Negeri Mainan ia melihat bayangannya, dan ia pun terkejut.
"Tidak! Telingaku menjadi seperti telinga keledai! Aku juga punya ekor!"
Ia melihat anak lain, semua pun juga menjadi keledai. Pinokio pun dijual di sebuah sirkus dan ia dipaksa melompat dan sering dipukuli. Suatu hari ia terjatuh dan kakinya pun patah. Pemilik sirkus membuang Pinokio ke laut.
Tiba-tiba ikan-ikan berenang mendekati Pinokio dan mematuki nya. Segeralah kulit keledai itu terkelupas, Pinokio pun keluar.
"Aku berjanji akan menjadi anak yang baik saat pulang nanti."
Tiba-tiba seekor hiu raksasa menelan Pinokio bulat-bulat.
Suasana di dalam perut hiu sangat gelap, tetapi ada seberkas cahaya memancar dari dalam. Tiba-tiba.
"Ayah!"
Ada Kakek Gepeto di sana.
"Pinokio!"
Mereka saling Berpelukan.
"Aku pergi ke laut untuk mencarimu, dan termakan oleh hiu. Sekarang,aku bertemu dengan mu disini."
"Ayah, ayo kita keluar dari sini."
"Kau saja. Badanku lemah sekali, aku tidak akan berhasil keluar dari sini."
"Aku akan membantmu."
Pinokio menggendong Kakek Gepeto dan melarikan diri saat mulut hiu terbuka lebar. Mereka pun selamat.
Malam itu,Peri Biru muncul dalam mimpinya. Seketika itu juga, Pinokio terbangun. Dia terkejut badannya menjadi lembek. Pinokio menjadi menjadi anak laki-laki sungguhan! Pinokio menjadi anak yang baik dan hidup berbahagia bersama Kakek Gepeto.
Komentar
Posting Komentar